Dalam beberapa hari ini di Tiongkok muncul pemberitaam terkait penyakit akibat virus Langya atau LayV. Berikut lima fakta tentang LayV ini yang dipaparkan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama: Virus Langya merupakan bagian dari Henipavirus, satu kelompok dengan dengan virus Hendra dan Nipah yang sudah lama sikenal.
Virus Nipah pertama kali ditemukan pada tahun 1999 di Malaysia dan Singapura yang menyebabkan penyakit pada ratusan orang, angak kematiannya dapat berkisar antara 40 sampai 70 persen. Sesudah itu ada juga laporan kasus dari Bangladesh dan India dan ada kematian pula. Penyakit akibat virus Nipah pernah beberapa kali mendapat perhatian khusus para ahli tentang kemungkinan penyebarannya yang lebih luas lagi, yang kita bersyukur sampai sekarang belum terjadi.
Sementara itu, penyakit akibat virus Hendra pertama kali dilaporkan di Australia, dengan kasus pada kuda dan juga manusia, dengan angka kematian yang cukup tinggi pula. Baik penyakit akibat virus Nipah, virus Hendra dan virus Langya bersifat zoonotik, menular dari hewan ke manusia. Sejauh ini belum ada bukti tentang adanya penularan antar manusia pada penyakit akibat virus Langya, sementara pada yang akibat virus Nipah misalnya ada dugaan penularan antara manusia.
Nama Hendra adalah daerah sub urban dari Brisbane, sementara nama Nipah kenal dari bahasa Melayu dan nama Langya adalah distrik di Propinsi Anhui, Tiongkok. Gejala penyakit akibat virus Langya meliputi demam, lemah, batuk, hilang nafsu makan dan nyeri otot. Tegasnya, seperti juga penyakit akibat virus SARS CoV penyebab COVID 19, virus Hendra, virus Nipah dan virus Langya ini semuanya merupakan penyakit paru dan saluran napas, atau “respiratory diseases”.
Informasi tentang penyakit akibat virus Langya ini terkompilasi dalam jurnal ilmiah New England Journal of Medicine pada 4 Augustus 2022 ini, beberapa hari yang lalu. Laporan kasusnya bermula dari bulan Desember 2018 dimana seorang wanita 53 tahun masuk rumah sakit di Tiongkok, dan kemudian dilaporkan lagi 34 kasus Langya ini di dua Propinsi di bagian timur Tiongkok. Semua kasus ini sembuh dengan baik dan tidak ada hubungan penularan satu dengan lainnya, tidak “interlinked”
Penelitian di New England Journal of Medicine ini juga menunjukkan bahwa penyakit ini tidak ditularkan ke kontak dekat/erat pasiennya, dan juga tidak ada riwayat sumber penularan yang sama di antara pasien pasien ini. Sebagian besar pasien jelas ada kontak erat dengan hewan sebelum mereka jatuh sakit. "Jadi sejauh ini disimpulkan bahwa penyakit akibat virus Langya ada dalam bentuk infeksi sporadik, tidak sering dan terjadi akibat penularan dari hewan ke manusia," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/8/2022).
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.